Murid SDN Borong Tampil Unik Dengan Ayunan di Pentas GSMS

Yuk bagikan berita ini !

Sulselmengabari, Makassar – Murid-murid SD Negeri Borong tampil unik karena membawa ayunan saat menyanyikan lagu Ininnawa Sabbarae dalam pementasan dan pameran bersama Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) di Perpustakaan Multimedia Jl. Sultan Alauddin Makassar, Rabu (12/12/2018). Dalam pementasan dan pameran bersama bertema “Membangun Karakter Merawat Kebhinekaan” itu murid-murid SDN Borong menghidupkan kembali tradisi orang tua yang berdendang sambil menidurkan anaknya.

Ininnawa Sabbara’e awalnya merupakan sastra lisan dan kini menjadi lisan dan tertulis. Menurut Mursalim, seniman dan budayawan Bone, lagu Ininnawa Sabbara’e sering dilisankan orang tua Bugis ketika hendak menidurkan anak-anaknya. Rusdin Tompo, aktivis anak yang juga merupakan salah seorang seniman peserta GSMS lalu mencoba mendekatkan kembali jenis sastra lawas itu kepada generasi kekinian. Lagu ini pada beberapa bagian liriknya digubah ke dalam bahasa Indonesia agar bisa dimaknai artinya.

“Saya menganggap bahwa ada banyak nilai yang diajarkan melalui lagu Ininnawa, dan itu relevan dengan pendidikan karakter yang tengah digencarkan pemerintah,” jelas Rusdin usai anak-anak dampingannya tampil.

Lagu Ininnawa Sabbarae itu dibawakan setelah anak-anak membacakan puisi yang merupakan karya bersama mereka. Puisi berjudul “Ayah Bundaku” merupakan ungkapan rasa cinta anak-anak kepada kedua orangtuanya, juga sebagai rasa hormat dan terima kasih mereka.

Selama 2 hari pertunjukkan ratusan anak dari berbagai sekolah SD dan SMP yang merupakan binaan para seniman, unjuk kebolehan dalam berbagai penampilan. Ada yang menampilkan rampak gendang, ensambel musik daerah, tarian dengan busana yang dimodifikasi sehingga tampak futuristik, dan berbagai permainan anak yang mulai tergerus oleh zaman.

Karena itu relevan apa yang disampaikan oleh Kadis Pendidikan Kota Makassar, Hasbi, pada sambutan pembukaan di hari pertama. Kadis Pendidikan mengatakan bahwa GSMS memperkuat Program Revolusi Pendidikan Walikota Makassar, Moh. Ramdhan Pomanto.
Kehadiran seniman, menurutnya, ikut mewarnai pendidikan karakyer di sekolah. Diakui bahwa anak-anak punya kemampuan yang tidak kalah dibanding dengan anak-anak di daerah lain.

“Selama ini yang banyak disentuh adalah otak kiri. Maka melalui GSMS otak kanan anak dipoles sebagai bagian dari upaya mempersiapkan mereka menuju Indonesia Emas 2045.

Hasbi pada kesempatan itu mengucapkan terima kasih kepada para kepala sekolah, guru-guru dan orang tua yang sudah memberi kesempatan bagi para seniman untuk bersinergi.

Pementasan dan pameran berasama oleh lebih dari 30 sekolah itu ditutup oleh penampilan dari SMP Negeri 4, yang menampilkan cerita rakyat tentang Putri Taddampali.

Dr Rahman Rahim. M.Hum, Kaprodi S2 Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah (Unismuh), Makassar, yang betah menyaksikan para penampil di panggung, memberi apresiasi dengan mengatakan bahwa dia tidak menyesal sekalipun tidak pergi mengajar. Karena asyik menikmati suguhan pertunjukkan.

“Semakin akan berakhir acara semakin bagus, baik teater, tari juga termasuk lukisan. Daya khayal anak-anak dalam berkreasi luar biasa,” pujinya.

Dia berharap, tahun depan mungkin perlu dibuat dalam bentuk festival, agar lebih maksimal lagi.

Di pengujung kegiatan beberapa pelukis menyerahkan lukisan yang sudah dipamerkan secara simbolis kepada Dr Thamrin Paelori, koordinator GSMS Makassar. Penyerahan lukisan karya anak-anak itu sebagai tanda berakhirnya program yang berlangsung sekira tiga bulan. (*)