Danny Pomanto Jadi Pembicara di Seminar Internasional Yang Digelar Mahasiswa Teknik Sipil Unhas

Yuk bagikan berita ini !

Sulselmengabari, Makassar – Sebuah wilayah atau kota harus dibangun berdasarkan perencanaan yang baik. Di samping kompleksitas persoalan yang sudah ada, ketidakpastian apa yang akan terjadi, diperlukan perhitungan yang matang agar tercipta resiliensi atau ketahanan kota yang kuat.

Inilah yang menjadi tantangan seorang teknisi sipil. Kata Moh. Ramdhan Pomanto, teknis sipil atau civil engineering bukan hanya persoalan bagaimana bangun-membangun. Lebih daripada itu, seorang teknisi sipil harus multidisiplin, salah satunya harus juga paham social engineering atau teknik sosial.

“Agar kota menjadi resilient, perencanaannya juga harus jauh ke depan. Seorang civil engineer, juga harus paham social engineering,” kata Danny Pomanto saat menjadi pembicara dalam seminar internasional yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar, Kamis (31/10/2019).

Seminar yang berlangsung di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Kabupaten Gowa, ini dihadiri sejumlah guru besar dari berbagai universitas, bahkan dari Universitas Tekhnologi Malaysia, Zulkifli Yusop.

Mantan Walikota Makassar yang berlatar belakang arsitek ini membagikan pengalamannya saat menjabat orang nomor satu di Kota Makassar kepada peserta seminar.

Seperti halnya di kota pada umumnya, di Makassar, kata Danny Pomanto, suplai air bersih maupun sanitasi juga menjadi persoalan. Pendekatan social engineering juga diperlukan untuk menanganinya.

“Ada 10 kecamatan di Makassar itu memiliki wilayah pesisir. Yang menjadi persoalan itu, air drainase biasa tidak surut, selain solid waste atau sampah juga dipengaruhi air rob laut,” ujar Danny Pomanto.

Danny menjelaskan, fenomena alam tidak bisa dihindari, tapi persoalan yang menyangkut campur tangan manusia langsung bisa ditangani. Soal sampah misalnya, melalui program Makassar tidak rantasa’ dengan kegiatan bawaan seperti lihat sampah ambil.

Berikut dengan instrumen layanan Pemerintah Kota Makassar yakni pengangkutan sampah terjadwal hingga ke lorong-lorong itu bisa disampaikan kepada masyarakat. Pasalnya drainase yang terhambat oleh sampah, juga berpotensi mengkontaminasi ketersediaan air bawah tanah.

“Kalau kita mau jelaskan definisi resiliensi kepada masyarakat itu tidak memberi efek besar. Yang masyarakat tahu apa manfaat yang didapatkan. Kita ingin masyarakat untuk tidak buang sampah sembarangan, mereka harus terlibat,” ujar Danny Pomanto.

Menurut Danny, untuk membentuk resilient city, perlu melibatkan masyarakat. Pertanyaan yang mendasar kata Danny , yakni bagaimana melibatkan masyarakat.

“Resilient city tidak adakan tercipta tanpa keterlibatan masyarakat di dalamnya. Bagaimana caranya? Menjawab pertanyaan ini, saya buat satu teori namanya Diamond Theory,” kata dia.

Dalam teori yang dibuat Danny, Pemerintah dituntut harus komunikatif, supaya masyarakat bisa menerima, sehingga bisa berpartisipasi. Selanjutnya, dengar kererlibatan tadi akan menimbulkan inisiasi-inisiasi bahkan inovasi.

“Kunci dari pada hal ini yakni hearing atau mendengar. Pemerintah harus banyak mendengarkan,” ucapnya.

Selanjutnya, pendekatan teknologi informasi digunakan sebagai alat untuk menunjang tujuan ini. Sistem smartcity yang diusung Pemkot Makassar di era Danny berproses menuju resilient city.

Kata Danny, itu baru beberapa aspek saja. Jalan untuk menuju kota yang berketahanan tinggi, juga perlu memperhitungkan aspek lainnya, seperti ekonomi, lingkungan, dan pendekatan keilmuan lain. (**)