Sejumlah Pimpinan Ormas Hadiri Dialog Kebangsaan di UIN Alauddin

Yuk bagikan berita ini !

Sulselmengabari, Makassar – Dialog Kebangsaan dengan tema “Harmonisasi Antar Ummat Beragama sebagai pilar penting pembangunan bangsa” yang diselenggarakan oleh Dewan Mahasiswa Fakultas Hukum dan Syariah UIN Alauddin berlangsung dengan baik dan dinamis serta dihadiri sekitar seratus peserta dari berbagai kalangan seperti aktivis mahasiswa, organisasi kepemudaan, ormas, akademisi, serta politisi.

Hadir sebagai pembicara di antaranya Ketua GP Ansor Makassar Muhammad Harun, Ketua Gema Konghucu Erfan Sutono, Pimpinan GMKI Frandy Al Fanggi, Ketua PMKRI Enrico Pribadi, dan pengamat politik Firdaus Muhammad.

Dalam pemaparannya Ketua GP Ansor Kota Makassar Muhammad Harun, memaparkan bahwa terjadinya disharmonisasi antar ummat beragama diantaranya adanya sikap intoleransi sehingga melahirkan sikap merasa paling benar, lalu menimbulkan kebenciaan intern umat beragama dan antar umat beragama, kemudian akhirnya lahirlah konflik beragama seperti yang terjadi dibeberapa daerah.

Menurutnya, bila masih banyak yang bersikap intoleransi maka akan sulit terjadi harmonisasi antar umat beragama dan apabila seperti itu maka akan berdampak pada pembangunan bangsa disegala lini.

“Olehnya itu kami Gerakan Pemuda Ansor dan Banser mengajak semua elemen bangsa ini baik itu tokoh agama, cendekiawan akademisi utamanya organisasi kemahasiswaan, organisasi kepemudaan serta ormas-ormas yang masih konsisten dan cinta tanah air untuk bersama-sama satu barisan, bergandengan untuk mengambil peran melakukan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat,” ungkap Harun.

Erfan dari Pemuda Konghucu juga sependapat bahwa toleransi amat penting untuk keberlangsungan kehidupan berbangsa. “Perbedaan dan persoalan agama selalu ada, tinggal bagaimana kita mengorganisir dengan baik, tentunya dengan rajin bersilaturahmi antar sesama umat beragama,” ucap dia.

Frandy Al Fanggi pun demikian. Dia mengajak para pemuda harus terlibat dalam hal menjaga toleransi antar umat beragama. Apalagi akhir-akhir ini sering terjadi kasus pelanggaran intoleransi. “Hukum tak boleh tebang pilih, siapapun pelaku intoleransi harus ditindak,” jelas aktivis GMKI ini.

Enrico Pribadi selaku Ketua PMKRI menilai banyaknya kasus intoleransi seperti penyerangan kyai, pengusiran biksu, dan penyerangan gereja merupakan puncak dari gunung es, dibaliknya ada skenario atau sistem yang bermain. “Kita sebagai kaum muda harus memahami agama lain juga agar ketika ada isu intoleransi kita tidak mudah mencap agama kita yang benar dan agama lain salah,” tuturnya.

Firdaus Muhammad menjelaskan, dari sekian kasus intoleransi yang terjadi menandakan masih lemahnya toleransi dan pluralisme agama di Indonesia. Lahirnya kelompok radikal dipengaruhi karena doktrin agama dan memposisikan agama lain sebagai musuh.

“Jihad dalam konteks radikal menjadi pemicu terjadinya disharmonisasi antar umat beragama, dan kejadian yang baru saja terjadi yang memancing terjadinya benturan antar umat beragama bisa diindikasikan sebuah pengalihan isu terutama di tahun politik,” kata Firdaus.

“Kita harus meningkatkan pemahaman toleransi, bagaimana menghindari konspirasi global dengan melawan fenomena tersebut dan tidak mudah terpancing dengan hoax terutama di media sosial karena ketika kita terpancing maka ada yang mengambil keuntungan dibalik itu semua,” ujar pengurus MUI Makassar ini. (*)